Berita

Registrasi Kartu SIM Wajib Pakai KTP dan KK, Ini Kata Operator

Tanggal: 19/10/2017

KOMPAS.com - Operator telekomunikasi di Indonesia mendukung dilaksanakannya kewajiban registrasi layanan prabayar menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang tercantum di KTP dan nomor Kartu Keluarga (KK). Operator yang telah menyatakan dukungannya, antara lain Telkomsel, XL Axiata, dan Hutchison Tri Indonesia. Para operator berharap registrasi prabayar ini bakal membawa efek positif bagi kondisi industri. "Kami berharap registrasi pelanggan prabayar ini dilakukan dengan baik dan benar oleh seluruh pihak sehingga akan menjadikan industri telekomunikasi lebih baik serta kompetisi yang lebih sehat di masa yang akan datang," ujar Direktur Sales Telkomsel, Sukardi Silalahi, dalam keterangan resmi Telkomsel kepada KompasTekno, Kamis (12/10/2017). Hal senada juga diungkap oleh GM Corporate Communication XL Axiata, Tri Wahyuningsih. Menurutnya, kebijakan yang akan diterapkan pada 31 Oktober 2017 tersebut bakal membantu dalam hal keamanan karena nomor seluler benar-benar diketahui siapa pemiliknya. "Kebijakan ini akan membantu XL Axiata melakukan verifikasi terhadap pelanggan, dengan tujuan untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan bagi pelanggan. "Kami mendukung kesuksesan program ini dengan mengadakan program edukasi baik ke pelanggan maupun kepada mitra retailer XL Axiata," imbuh Ayu. Sementara itu DGM Corporate Communication Hutchison Tri Indonesia, Arum K. Prasodjo, berharap pencatatan data pelanggan yang lebih rinci bakal membuat konsumen bisa terlindungi dengan baik. "Kami mendukung regulasi registrasi prabayar dengan validasi database Dukcapil yang akan dijalankan mulai 31 Oktober 2017 karena regulasi ini tujuannya untuk memberikan perlindungan konsumen," terang Arum. "Hal ini dapat menangkal penyalahgunaan data pelanggan untuk tindakan kriminal, terorisme, dll. Secara teknis kami telah siap dan melakukan tes serta kordinasi bersama Kominfo, Dulcapil dan operator lainnya," imbuhnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memperketat proses aktivasi kartu SIM prabayar milik operator telekomunikasi. Pelanggan baru maupun lama wajib mendaftarkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) di KTP dan nomor kartu keluarga ( KK) miliknya. Data NIK dan nomor KK yang dicantumkan dalam proses aktivasi tersebut nantinya akan dicocokkan dengan data yang dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan Kantor Catatan Sipil (Dukcapil), sehingga pengguna tidak bisa lagi sembarangan memasukkan nomor. Aturan baru ini akan berlaku mulai 31 Oktober 2017. Selain itu, pelanggan lama juga diwajibkan untuk mendaftar ulang dengan waktu paling lambat pada 28 Februari 2018 mendatang.

Selengkapnya ...

Tak Lakukan Registrasi, Kartu SIM Ponsel Bakal Kena Blokir

Tanggal: 12/10/2017

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah bakal segera memberlakukan kewajiban registrasi nomor pelanggan yang divalidasi dengan nomor induk kependudukan (NIK) KTP dan nomor Kartu Keluarga (KK). Rencananya aturan ini akan mulai diberlakukan pada 31 Oktober 2017. Baik pelanggan baru maupun pelanggan lama wajib melakukan registrasi berdasarkan nomor KTP dan KK. Kemudian operator seluler wajib memvalidasi berdasarkan data kependudukan milik Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri. Ada pun batas akhir registrasi bagi pelanggan lama adalah tanggal 28 Februari 2017. Lalu bagaimana dengan pelanggan yang tidak melakukan registrasi ulang? Direktur Jenderal Pelenggaran Pos dan Informatika Ahmad M Ramli mengatakan, jika sampai tanggal 28 Februari pelanggan tidak melakukan registrasi ulang, pemerintah akan menerapkan sanksi bagi pelanggan. Terparah, kartu SIM pelanggan berpotensi diblokir jika mereka tak melakukan registrasi ulang. "30 hari setelah batas akhir pelanggan belum melakukan registrasi, maka outgoing call dan SMS  akan diblokir (tidak bisa melakukan panggilan). Lalu ditambah waktu 15 hari lalu, jika pelanggan tidak registasi, tidak akan bisa melakukan panggilan, menerima panggilan, SMS, dan internet dimatikan," katanya. Terakhir, pemerintah memberikan waktu 15 hari agar pelanggan melakukan registrasi, namun jika sampai batas tersebut tidak melakukan registrasi barulah nomor SIM pelanggan yang bersangkutan akan diblokir. Sekadar diketahui, pelanggan hanya bisa melakukan registrasi kartu SIM secara mandiri maksimal sebanyak 3 kali. Jika proses registrasi gagal, pelanggan harus datang ke gerai operator. 

Selengkapnya ...

Kecerdasan Buatan Bakal Kuasai Dunia pada 2045

Tanggal: 11/10/2017

Liputan6.com, California - Ray Kurzweil, Director of Engineering Google, dikenal sebagai sosok yang selalu akurat dengan berbagai prediksi teknologi. Dari 147 prediksi yang ia lontarkan sejak 1990 silam, hampir semua terbukti benar. Prediksi terbaru Kurzweil ini berkutat pada isu kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) yang bakal menguasai dunia dalam waktu 28 tahun lagi, lebih tepatnya pada 2045. Kurzweil mengungkap, dalam kurun waktu 28 tahun ke depan, kecerdasan buatan akan berkembang dan hadir dalam beberapa 'wajah'. Salah satu yang bakal kentara adalah robot berbasis kecerdasan buatan. Dengan demikian, ia menyebut singularitas antara kecerdasan buatan dan manusia akan semakin dekat seiring berkembangnya teknologi. "Singularitas akan terjadi secara utuh pada 2045. Nanti, pada 2029 komputer juga akan memiliki tingkat kecerdasan setara dengan manusia," ujar Kurzweill dalam wawancaranya dengan SXSW seperti dilansir Futurism, Rabu (11/10/2017). "Ini bukan skenario masa depan, tetapi kenyataan. Sekarang saja kecerdasan buatan sudah memimpin beberapa platform. Ia bekerja seperti otak, menghubungkan berbagai perangkat pintar dan disesuaikan dengan kebutuhan manusia," sambungnya. Berbeda dengan beberapa petinggi perusahaan teknologi yang khawatir akan dominasi kecerdasan buatan di dunia, Kurzweil justru merasa tidak demikian. Malah, ia mengaku tak sabar menanti 'ledakan' singularitas di masa depan. "Singularitas adalah kesempatan bagi umat manusia untuk bekerja lebih baik. Yang sebenarnya terjadi sekarang kan kecerdasan buatan memberikan tenaga kepada kita, membantu kita, memudahkan semua," papar Kurzweil. "Mereka juga membuat kita lebih pintar. Kecerdasan buatan mungkin tak ada di dalam badan kita, tapi mulai 2030 saya yakin mereka bisa menghubungkan neocortex kita--bagian otak manusia yang bekerja untuk berpikir--ke cloud," terangnya menambahkan. Pemaparan Kurzweil juga sama persis dengan apa yang disampaikan CEO Softbank Masayoshi Son. Beberapa waktu lalu, ia mengatakan singularitas akan terjadi di masa depan. Bedanya, jika Kurzweil meramal 28 tahun lagi, Son justru mengungkap singularitas bakal sepenuhnya terjadi pada kurun waktu 30 tahun lagi. "Penggunaan chip akan terus bertambah dalam 20 tahun ke depan. Keadaan ini turut mendorong kehadiran perangkat pintar yang semakin banyak. Saya perkirakan ada sekitar 1 triliun chip yang digunakan dan mendorong ledakan perangkat pintar," ujar Son. Kecerdasan Buatan Jadi Ancaman? Adapun sejumlah petinggi perusahaan teknologi dan beberapa ilmuwan, mengaku khawatir dengan keberadaan kecerdasaan buatan. Di antaranya seperti Elon Musk dan Stephen Hawking. Menurut Hawking, kecerdasan buatan bisa berdampak negatif pada sektor pekerjaan--khususnya pekerjaan kelas menengah. "Keberadaan kecerdasan buatan dan automatisasi teknologi akan mengikis profesi kelas menengah. Jika dibiarkan, ini akan menciptakan ketidaksetaraan yang buruk serta risiko pergolakan industri pekerjaan yang besar," kata Hawking sebagaimana dikutip dari Business Insider. Pria lulusan Universitas Oxford itu menuturkan, sistem automatisasi teknologi yang kini diterapkan banyak perusahaan besar sebetulnya memang memudahkan proses manufaktur yang tadinya dilakukan manusia. Namun implementasi tersebut diibaratkan seperti mata pisau. "Proses manufaktur industri yang tadinya dilakukan secara tradisional akan berubah total. Namun profesi kelas menengah seperti pekerja pabrik yang tadinya diperkerjakan untuk itu, tak lagi akan dibutuhkan. Ke mana mereka nanti akan bekerja?" tutur ia menambahkan. Dalam kesempatan lain, Musk berpendapat pemerintah, instansi terkait, dan pihak berwajib harus menetapkan regulasi yang mengatur kecerdasan buatan agar tidak kelewatan. Dalam pidatonya di sebuah pertemuan nasional di Rhode Island, CEO Tesla dan SpaceX itu menyebut, pemerintah harus membuat regulasi terkait kecerdasan buatan sebelum terlambat. "Hingga orang melihat robot turun ke jalan dan membunuh orang-orang, mereka tidak tahu bagaimana harus bereaksi," kata Musk berkomentar. Musk juga menambahkan, "Kecerdasan buatan adalah kasus langka, sehingga saya rasa kita harus proaktif membuat regulasi, bukannya reaktif. Kalau reaktif terhadap kecerdasan buatan, hal itu akan terlambat." Dengan begitu ia mendesak regulasi terkait kecerdasan buatan harus dibuat sekarang karena sifatnya yang birokratis. "Peraturan dibuat untuk selamanya. Kecerdasan buatan adalah risiko mendasar bagi keberadaan peradaban manusia," tuturnya. (Jek/Ysl)

Selengkapnya ...

Pesawat Bertenaga Listrik Meluncur pada 2020?

Tanggal: 10/10/2017

KOMPAS.com - Mobil bertenaga listrik mulai banyak berlalu-lalang di jalanan, namun bagaimana dengan pesawat terbang? Startup  bernama Zunum mencoba mewujudkannya. Perusahaan startup asal Seattle, Wahsington, AS itu saat ini sedang mengembangkan pesawat bertenaga listrik yang menggabungkan daya baterai dengan generator konvensional (hybrid). Didukung oleh pabrikan pesawat Boeing dan maskapai AS, JetBlue, Zunum menargetkan pesawat listrik pertama buatannya akan diluncurkan pada 2020 nanti. Pesawat tersebut didesain mengangkut 12 penumpang. Pesawat listrik hybrid buatan Zunum juga, dilansir KompasTekno dari Mashable, Senin (9/10/2017), dirancang agar mampu terbang sejauh 700 mil, jarak yang mencukupi kebutuhan penerbangan rute pendek. Pesawat bertenaga listrik tersebut diklaim Zunum bisa mengurangi emisi gas buang dan kebisingan hingga 80 persen dibandingkan pesawat jet konvensional saat ini. Selain Zunum, maskapai Eropa, Easyjet juga berencana meluncurkan layanan pesawat bertenaga listrik pada 2027, atau 10 tahun dari sekarang. EsyJet menggandeng perusahaan startup Wright Electric membuat pesawat terbang bertenaga listrik kapasitas 120 hingga 220 penumpang dengan daya jelajah 335 mil. Kendala baterai Namun, saat ini cita-cita mewujudkan pesawat bertenaga listrik masih terkendala oleh satu masalah mendasar, yakni soal fisika. Diketahui, kepadatan energi yang dihasilkan oleh bahan bakar jet itu lebih tinggi dibanding kepadatan energi yang dihasilkan sebuah baterai penyimpan listrik. Perbandingannya, jika pesawat konvensional bisa terbang ribuan mil sebelum membutuhkan isi ulang bahan bakar, maka pesawat bertenaga listrik hanya bisa terbang sebentar saja sebelum baterainya kehabisan setrum. Meski demikian, hal itu bukan berarti tak bisa diatasi. Ilmuwan NASA, Sean Clarke mengatakan bahwa sistem propulsi elektrik mungkin bisa terwujud lebih cepat dari yang dibayangkan. "Karena sistem propulsi elektrik lebih efisien," ujar Clarke. Performa baterai disebut Clarke saat ini semakin meningkat dengan grafik yang konstan, sehingga performa motor elektrik diharapkan masih bisa ditingkatkan. Dengan peningkatan itu, pesawat bertenaga lsitrik diharapkan bisa terbang lebih jauh lagi.

Selengkapnya ...

‹ First  < 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 >  Last ›