Berita

Kecerdasan Buatan Bakal Kuasai Dunia pada 2045

Tanggal: 11/10/2017

Liputan6.com, California - Ray Kurzweil, Director of Engineering Google, dikenal sebagai sosok yang selalu akurat dengan berbagai prediksi teknologi. Dari 147 prediksi yang ia lontarkan sejak 1990 silam, hampir semua terbukti benar. Prediksi terbaru Kurzweil ini berkutat pada isu kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) yang bakal menguasai dunia dalam waktu 28 tahun lagi, lebih tepatnya pada 2045. Kurzweil mengungkap, dalam kurun waktu 28 tahun ke depan, kecerdasan buatan akan berkembang dan hadir dalam beberapa 'wajah'. Salah satu yang bakal kentara adalah robot berbasis kecerdasan buatan. Dengan demikian, ia menyebut singularitas antara kecerdasan buatan dan manusia akan semakin dekat seiring berkembangnya teknologi. "Singularitas akan terjadi secara utuh pada 2045. Nanti, pada 2029 komputer juga akan memiliki tingkat kecerdasan setara dengan manusia," ujar Kurzweill dalam wawancaranya dengan SXSW seperti dilansir Futurism, Rabu (11/10/2017). "Ini bukan skenario masa depan, tetapi kenyataan. Sekarang saja kecerdasan buatan sudah memimpin beberapa platform. Ia bekerja seperti otak, menghubungkan berbagai perangkat pintar dan disesuaikan dengan kebutuhan manusia," sambungnya. Berbeda dengan beberapa petinggi perusahaan teknologi yang khawatir akan dominasi kecerdasan buatan di dunia, Kurzweil justru merasa tidak demikian. Malah, ia mengaku tak sabar menanti 'ledakan' singularitas di masa depan. "Singularitas adalah kesempatan bagi umat manusia untuk bekerja lebih baik. Yang sebenarnya terjadi sekarang kan kecerdasan buatan memberikan tenaga kepada kita, membantu kita, memudahkan semua," papar Kurzweil. "Mereka juga membuat kita lebih pintar. Kecerdasan buatan mungkin tak ada di dalam badan kita, tapi mulai 2030 saya yakin mereka bisa menghubungkan neocortex kita--bagian otak manusia yang bekerja untuk berpikir--ke cloud," terangnya menambahkan. Pemaparan Kurzweil juga sama persis dengan apa yang disampaikan CEO Softbank Masayoshi Son. Beberapa waktu lalu, ia mengatakan singularitas akan terjadi di masa depan. Bedanya, jika Kurzweil meramal 28 tahun lagi, Son justru mengungkap singularitas bakal sepenuhnya terjadi pada kurun waktu 30 tahun lagi. "Penggunaan chip akan terus bertambah dalam 20 tahun ke depan. Keadaan ini turut mendorong kehadiran perangkat pintar yang semakin banyak. Saya perkirakan ada sekitar 1 triliun chip yang digunakan dan mendorong ledakan perangkat pintar," ujar Son. Kecerdasan Buatan Jadi Ancaman? Adapun sejumlah petinggi perusahaan teknologi dan beberapa ilmuwan, mengaku khawatir dengan keberadaan kecerdasaan buatan. Di antaranya seperti Elon Musk dan Stephen Hawking. Menurut Hawking, kecerdasan buatan bisa berdampak negatif pada sektor pekerjaan--khususnya pekerjaan kelas menengah. "Keberadaan kecerdasan buatan dan automatisasi teknologi akan mengikis profesi kelas menengah. Jika dibiarkan, ini akan menciptakan ketidaksetaraan yang buruk serta risiko pergolakan industri pekerjaan yang besar," kata Hawking sebagaimana dikutip dari Business Insider. Pria lulusan Universitas Oxford itu menuturkan, sistem automatisasi teknologi yang kini diterapkan banyak perusahaan besar sebetulnya memang memudahkan proses manufaktur yang tadinya dilakukan manusia. Namun implementasi tersebut diibaratkan seperti mata pisau. "Proses manufaktur industri yang tadinya dilakukan secara tradisional akan berubah total. Namun profesi kelas menengah seperti pekerja pabrik yang tadinya diperkerjakan untuk itu, tak lagi akan dibutuhkan. Ke mana mereka nanti akan bekerja?" tutur ia menambahkan. Dalam kesempatan lain, Musk berpendapat pemerintah, instansi terkait, dan pihak berwajib harus menetapkan regulasi yang mengatur kecerdasan buatan agar tidak kelewatan. Dalam pidatonya di sebuah pertemuan nasional di Rhode Island, CEO Tesla dan SpaceX itu menyebut, pemerintah harus membuat regulasi terkait kecerdasan buatan sebelum terlambat. "Hingga orang melihat robot turun ke jalan dan membunuh orang-orang, mereka tidak tahu bagaimana harus bereaksi," kata Musk berkomentar. Musk juga menambahkan, "Kecerdasan buatan adalah kasus langka, sehingga saya rasa kita harus proaktif membuat regulasi, bukannya reaktif. Kalau reaktif terhadap kecerdasan buatan, hal itu akan terlambat." Dengan begitu ia mendesak regulasi terkait kecerdasan buatan harus dibuat sekarang karena sifatnya yang birokratis. "Peraturan dibuat untuk selamanya. Kecerdasan buatan adalah risiko mendasar bagi keberadaan peradaban manusia," tuturnya. (Jek/Ysl)

Selengkapnya ...

Pesawat Bertenaga Listrik Meluncur pada 2020?

Tanggal: 10/10/2017

KOMPAS.com - Mobil bertenaga listrik mulai banyak berlalu-lalang di jalanan, namun bagaimana dengan pesawat terbang? Startup  bernama Zunum mencoba mewujudkannya. Perusahaan startup asal Seattle, Wahsington, AS itu saat ini sedang mengembangkan pesawat bertenaga listrik yang menggabungkan daya baterai dengan generator konvensional (hybrid). Didukung oleh pabrikan pesawat Boeing dan maskapai AS, JetBlue, Zunum menargetkan pesawat listrik pertama buatannya akan diluncurkan pada 2020 nanti. Pesawat tersebut didesain mengangkut 12 penumpang. Pesawat listrik hybrid buatan Zunum juga, dilansir KompasTekno dari Mashable, Senin (9/10/2017), dirancang agar mampu terbang sejauh 700 mil, jarak yang mencukupi kebutuhan penerbangan rute pendek. Pesawat bertenaga listrik tersebut diklaim Zunum bisa mengurangi emisi gas buang dan kebisingan hingga 80 persen dibandingkan pesawat jet konvensional saat ini. Selain Zunum, maskapai Eropa, Easyjet juga berencana meluncurkan layanan pesawat bertenaga listrik pada 2027, atau 10 tahun dari sekarang. EsyJet menggandeng perusahaan startup Wright Electric membuat pesawat terbang bertenaga listrik kapasitas 120 hingga 220 penumpang dengan daya jelajah 335 mil. Kendala baterai Namun, saat ini cita-cita mewujudkan pesawat bertenaga listrik masih terkendala oleh satu masalah mendasar, yakni soal fisika. Diketahui, kepadatan energi yang dihasilkan oleh bahan bakar jet itu lebih tinggi dibanding kepadatan energi yang dihasilkan sebuah baterai penyimpan listrik. Perbandingannya, jika pesawat konvensional bisa terbang ribuan mil sebelum membutuhkan isi ulang bahan bakar, maka pesawat bertenaga listrik hanya bisa terbang sebentar saja sebelum baterainya kehabisan setrum. Meski demikian, hal itu bukan berarti tak bisa diatasi. Ilmuwan NASA, Sean Clarke mengatakan bahwa sistem propulsi elektrik mungkin bisa terwujud lebih cepat dari yang dibayangkan. "Karena sistem propulsi elektrik lebih efisien," ujar Clarke. Performa baterai disebut Clarke saat ini semakin meningkat dengan grafik yang konstan, sehingga performa motor elektrik diharapkan masih bisa ditingkatkan. Dengan peningkatan itu, pesawat bertenaga lsitrik diharapkan bisa terbang lebih jauh lagi.

Selengkapnya ...

Instagram Stories Kini Bisa Diunggah Ke Facebook Secara Bersamaan

Tanggal: 07/10/2017

Aplikasi Instagram kini menjadi sosial media yang paling digandrungi saat ini, dimana hampir setiap anak muda memiliki akun Instagram. Setelah diakusisi oleh Facebook beberapa tahun yang lalu, Instagram disulap, dimana tidak hanya bisa mengunggah foto atau video saja, karena saat ini Instagram memiliki fitur yang digemari, yakni Stories. Ketika Instagram meluncurkan fitur Stories, banyak yang mengatakan jika media sosial  ini menjiplak fitur yang ada pada Snapchat. Meski hal tersebut memang benar, tampaknya saat ini sudah banyak yang tidak peduli akan hal tersebut. Bahkan pengguna fitur Instagram Stories saat ini lebih banyak ketimbang Facebook atau Snapchat sekalipun.

Selengkapnya ...

Cara Mencegah Ponsel Meledak atau Terbakar

Tanggal: 04/10/2017

Baru baru ini kita mendengar berita tentang sebuah ponsel smartphone yang tiba-tiba meledak dari dalam saku milik seorang pria di Hotel Ciputra Semarang pada Sabtu, 30 September 2017. Insiden tersebuti tidak melukai si pria, hanya saja ada beberapa pecahan ponsel yang masuk mengenai matanya. Meskipun demikian, hal ini sangat perlu kita waspadai. Apalagi hampir setiap orang dari kita menggunakan smartphone dalam aktivitas sehari-hari. Ya, mencegah lebih baik daripada mengobati, berikut ini adalah Cara untuk Mencegah Ponsel kita meledak bahkan terbakar :

1. Pengisian dengan tegangan rendah. Mengisi ponsel melalui port USB di komputer memang lebih lambat, tapi arusnya linier dan rendah, sehingga mengurangi produksi panas dan resiko terbakar.

Selengkapnya ...

‹ First  < 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 >  Last ›