Berita

8 Hal yang Perlu Diketahui Pengguna Android

Tanggal: 01/08/2017

KOMPAS.com -  Hanya dalam waktu beberapa tahun setelah kemunculannya, Android telah menjelma jadi platform gadget paling dominan. Aneka macam smartphone dan tablet berbasis sistem operasi mobile ini telah dibikin oleh berbagai pabrikan di seluruh dunia. Apabila Anda memiliki perangkat Android, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaannya sehari-hari. Berikut ini sembilan diantaranya yang dirangkum KompasTekno dari berbagai sumber :

Selengkapnya ...

1 Miliar Smartphone Bisa Ketularan Malware dari WiFi

Tanggal: 31/07/2017

KOMPAS.com -  Peneliti keamanan mengungkap adanya sebuah bug atau celah keamanan yang membuat 1 miliar smartphone, baik iOS atau Android, terancam disusupi serangan cyber. Bug itu disebut sebagai Broadpwn. Informasi mengenai Broadpwn diungkap oleh peneliti keamanan dari Exodus Intelligence, Nitay Artenstein dalam konferenci keamanan Black Hat. Menurut Nitay Arstenstein, bug tersebut spesifik ada di dalam chip WiFi buatan Broadcom, dan menular melalui jaringan WiFi. Arstenstein bahkan mendemonstrasikan bukti adanya bug tersebut di depan peserta konferensi. “Melalui penelitian ini, kami ingin menunjukkan bagaimana serangan dan bug seperti itu bisa bekerja,” ujarnya. Sebagaimana dilansir KompasTekno dari Ars Technica, Senin (31/7/2017), Nitay Arstenstein melakukan pengujian dengan cara menyebarkan gelombang berisi permintaan untuk menghubungkan perangkat kepada komputer terdekat. Saat gelombang itu dipancarkan dan menjangkau sebuah perangkat genggam yang memakai chip Broadcomm tipe BCM43xx, maka otomatis terjadi serangan yang menulis ulang firmware pengendali chip WiFi itu. Selanjutnya, chip yang sudah disusupi itu akan otomatis mengirim paket berisi program jahat dengan cara yang sama melalui gelombang di udara. Bila di dekatnya ada perangkat dengan bug serupa, maka perangkat tersebut akan langsung terjangkit dan menjari penyebar malware baru. Dengan cara kerja seperti itu, malware bakal menyebar ke berbagai perangkat genggam dengan mudah dan memicu reaksi berantai. “Broadpwn sepenuhnya dikendalikan dari jarak jauh untuk menyerang chip WiFi Broadcom seri BCM43xx. efeknya memungkinan sebuah kode berjalan secara otomatis di prosesor aplikasi utama iOS serta Android,” terang Nitey Arstenstein. Hingga awal Juli lalu, diprediksi ada sekitar 1 miliar perangkat genggam bersistem operasi iOS dan Android yang berpotensi terjangkit Broadpwn. Sudah aman Hal paling menarik dari Broadpwn temuan Nite Arstenstein itu adalah mengenai cacat lain yang ada di berbagai firmware di berbagai chipset. Cacat tersebut membuat peretas bisa menyerang berbagai firmware tanpa harus melakukan penyesuaian dalam program jahatnya. Bahkan, pengguna bisa jadi tidak perlu terhubung ke WiFi milik peretas. Cukup dengan menyalakan WiFi saja, tanpa terhubung ke mana pun, maka serangan bisa langsung terjadi. Menurut Nitey Arstenstein, serangan tersebut telah dia uji ke berbagai tipe perangkat genggam, seperti iPhone 5, Google Nexus 5, 6, 6X dan 6P, Samsung Galaxy Note 3 dan Galaxy seri S3 hingga S8. Kendati terdengar mengerikan, pengguna perangkat genggam iOS dan Android tidak perlu khawatir. Pasalnya, sekarang bug tersebut sudah diatasi. Celah keamanan pun telah ditutup. Pada awal Juli lalu, Google dan Apple telah mengeluarkan pembaruan keamanan yang berguna untuk mengatasi masalah Broadpwn. Selanjutnya, para teknisi perangkat genggam tinggal mempelajari dan meningkatkan kemampuannya untuk mengamankan sistem.

Selengkapnya ...

Sekencang Apa Transfer Data dengan USB 3.2?

Tanggal: 28/07/2017

KOMPAS.com - USB 3.0 Promoter Group, sebuah konsorsium gabungan Apple, HP, Intel, Microsoft dan perusahaan lain, baru saja mengumumkan spesifikasi teknologi baru USB 3.2. Teknologi ini bakal meningkatkan kecepatan transfer data hingga  dua kali lipat. USB 3.2 dibuat dengan peningkatan kecil yang membuat beberapa lajur di dalamnya bisa dipakai bersamaan (multi-lane operation), baik pada sisi host maupun device. Dengan cara demikian, kecepatan transfer data bisa meningkat mengikuti jumlah lajur yang aktif. Sebagaimana dilansir KompasTekno dari ArsTechnica, Kamis (27/7/2017), kecepatan transfer data, salah satunya bergantung pada protokol yang disematkan pada kabel dan port USB. Rata-rata port dan kabel memiliki empat pasang kawat yang berfungsi sebagai lajur pemindahan data. Protokol ThunderBolt3, memakai empat pasang kawat itu secara bergantian, sedangkan USB 3.1 hanya memakai dua pasang saja untuk mengirim dan menerima data. Namun dengan teknologi USB 3.2, keempat pasang kawat tersebut bisa dipakai secara bersamaan, sehingga meningkatkan kinerja perpindahan data. Kecepatan yang dijanjikan bisa naik hingga dua kali lipat. Artinya, jika teknologi USB 3.2 ini disematkan kelas USB 3.1 generasi 1 (5 Gbps), maka kecepatan pemindahan data bisa mencapai 10 Gbps. Jika kabelnya diganti memakai kelas USB 3.1 generasi 2 (10 Gbps), maka kecepatan transfernya hingga 20 Gbps. Meski meningkatkan kecepatan pemindahan data, USB 3.2 hanyalah sebuah perubahan kecil. Cara pemberian kode dan transmisi data tidak akan berubah. Saat ini, spesifikasi utuh untuk USB 3.2 masih dalam proses penyelesaian. Konsorsium baru akan mengumumkannya pada September 2017 mendatang.

Selengkapnya ...

Berunding dengan Kemenkominfo, Telegram Akan Dibuka Kembali

Tanggal: 27/07/2017

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika berencana membuka kembali layanan web milik aplikasi Telegram Telegram yang sebelumnya diblokir. Pembukaan kembali web itu menunggu hasil perundingan mengenai standard operating procedure (SOP) antara Kemenkominfo dengan perusahaan Telegram. "Ya kalau memang sudah beres (SOP), kenapa enggak dibuka? Kalau sudah beres, sudah bersih, masyarakat mau juga kan itu dibuka lagi?" ujar Menkominfo Rudiantara di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/7/2017). Saat ini, Kemenkominfo sedang menjalin komunikasi dengan pihak Telegram. Sudah ada beberapa poin yang direncanakan akan disepakati. Pertama, pihak Telegram akan mengalokasikan sumber dayanya di Indonesia. Perwakilan Telegram di Indonesia itu berguna jika menemui persoalan, pemerintah Indonesia mudah berkoordinasi dengan Telegram. "Kalau sudah ada kontak personnya, alamatnya di mana, nomor teleponnya berapa, kan gampang," ujar Rudiantara. Kedua, pihak Telegram berkomitmen menerapkan self censoring. Jadi, jika ada konten yang berkaitan dengan radikalisme dan terorisme, muncul peringatan ke perusahaan platform dan bisa diberitahukan ke pemerintah Indonesia. "Kalau ada konten berkaitan dengan radikalisme, dia langsung memberikan warning atau memblokir. Kalau masih ada juga yang lolos, kan jalur komunikasi sudah ada. Tinggal bilang saja, 'eh bos ada kayak begini, tolong take down'. Demi kepentingan Indonesia ya," ujar Rudiantara. Soal kapan perundingan antara Kemenkominfo dan Telegram itu rampung, Rudiantara tidak mengetahuinya. Ia mengatakan bahwa komunikasi itu harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati. Diberitakan, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika mengumumkan telah memblokir layanan web milik apikasi Telegram di Indonesia. Pemblokiran Telegram baru dilakukan di tingkat layanan web-nya saja, yakni sejumlah URL yang digunakan untuk mengakses Telegram dari peramban (browser) desktop maupun mobile. Meski menuai protes, pemerintah tetap bersikukuh memblokir Telegram. Alasan pemblokiran Telegram oleh pemerintah adalah karena platform ini digunakan untuk berkomunikasi dan menyebarkan ajaran-ajaran teroris dan radikalisme. “Pemblokiran ini harus dilakukan karena banyak sekali kanal yang ada di layanan tersebut bermuatan propaganda radikalisme, terorisme, paham kebencian, ajakan atau cara merakit bom, cara melakukan penyerangan, disturbing images, dan lain-lain yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia,” ujar Dirjen Aplikasi dan Informatika Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan. Presiden Joko Widodo turut memberikan penjelasan perlunya layanan pesan instan pesaing WhatsApp ini dihentikan penggunaannya di Indonesia. Menurut Jokowi, pemerintah sudah lama memantau media sosial Telegram sebelum akhirnya memutuskan untuk melakukan pemblokiran. Hasil dari pantauan tersebut menunjukkan bahwa Telegram kerap digunakan oleh teroris untuk berkomunikasi. Ada ribuan konten dalam Telegram yang dapat dikategorikan mengganggu keamanan negara.

Selengkapnya ...

‹ First  < 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 >  Last ›