Berita

Startup Digital Sulit Mencari SDM IT yang Siap Kerja

Tanggal: 12/04/2017

Bandung - Startup atau perusahaan rintisan di sektor digital dinilai masih kekurangan tenaga kerja di bidang IT yang siap kerja. Padahal, kebutuhan tenaga kerja IT diprediksi meningkat di masa depan. "Secara keseluruhan, tenaga kerja IT yang siap kerja untuk startup sangat kurang," ujar Co-CEO & Co-Founder Bandung Initiative Movement (BIM), Nur Javad Islami ditemui di Bandung, Minggu (9/4/2017) kemarin. Ia menilai kebutuhan tenaga kerja IT dipicu dari adanya kesenjangan (gap) antara ide kreatif di tingkat pemodal dan penguasaan IT untuk merealisasikan ide tersebut. Padahal, para investor tersebut dinilai siap menggelontorkan modalnya. Sementara, Project Manager Monicca dari Startup Astrajingga, Syaifullah Abdurrachman, menambahkan tenaga kerja IT siap kerja menjadi salah satu permasalahan serius bagi startup digital. Monicca sendiri, kata Syaifullah, tengah kekurangan pekerja IT. "Kami sudah membuka lowongan. Akan tetapi, tidak mudah menemukan pekerja IT yang memiliki skill seperti yang dibutuhkan. Contohnya, programmer untuk Android. Itu juga masih jarang," katanya. Permodalan Startup Tak cuma soal tenaga kerja IT, Nur melanjutkan bahwa startup juga terkendala permodalan. Kebanyakan startup mendapatkan suntikan dana dari luar, seperti Singapura. Namun, para startup itu pada akhirnya menjadi pemegang saham minoritas. "Umumnya, pembagian saham investor asing bisa mencapai 70-99 persen. Ada startup yang akhirnya hanya tinggal memiliki 1 persen saham. Pola investasinya banyak yang memberatkan startup," kata Nur. Lebih lanjut, persoalan lain yang dihadapi startup, khususnya di sektor financial technology (fintech), adalah pemahaman terhadap regulasi. Menurutnya, tidak semua startup paham mengenai regulasi fintech. Terkait permodalan, ia juga mengatakan bahwa aksesnya tidaklah mudah. Dari kebutuhan permodalan tahun pertama sebesar 250.000 dolar Amerika Serikat (AS), baru ada 60%-70% yang sebagian diantaranya berasal dari investor asing.

Selengkapnya ...

Sistem Pengelolaan Perkebunan Cerdas Berbasis Cloud untuk Usaha Minyak Kelapa Sawit di Indonesia

Tanggal: 11/04/2017

JAKARTA - LintraMax Sdn. Bhd, perusahaan penyedia solusi perangkat lunak manajemen perkebunan, bersama PT Earthline hari ini memperkenalkan Quarto, sebuah sistem manajemen cerdas berbasis cloud yang dirancang khusus untuk bisnis perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Diciptakan sebagai model Software-as-a-service (SaaS), Quarto adalah satu solusi menyeluruh yang memungkinkan perusahaan mengelola bisnis perkebunan mereka dengan hanya menggunakan satu sistem yang mampu mencakup seluruh fungsi utama dari pengelolaan usaha. Terbukti berhasil dalam menyediakan solusi manajemen perkebunan secara terpadu bagi lebih dari 600 perkebunan dan 70 pabrik di Indonesia, Malaysia, dan Papua Nugini, LintraMax mempersembahkan sebuah pelopor kemajuan di sistem manajemen pintar berbasis cloud yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan industri kelapa sawit Indonesia berkat kemampuan yang fasih dan efisien dalam memenuhi persyaratan rumit setiap perusahaan. Teknologi canggihnya mampu mempersingkat pengelolaan dan alur kerja perkebunan untuk membantu meningkatkan kemampuan penelusuran dan memangkas biaya pengelolaan perkebunan. Sistem baru ini juga mempermudah pemilik usaha untuk mengakses data perkebunan mereka kapan saja dan dimana saja melalui web browser pada ponsel manapun. Berbasis di Jakarta, PT Earthline merupakan satu-satunya rekan yang melakukan kegiatan penjualan dan mendistribusikan berbagai solusi Lintramax, termasuk Quarto, di Indonesia. PT. Earthline menyediakan layanan pemetaan berdasarkan citra satelit beresolusi tinggi serta foto udara dari pesawat tanpa awak (drone). Pengembangan dan pemasaran Quarto turut didukung kucuran dana dari Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) melalui divisi Product Development and Commercialization Fund (PCF). Sebelum kehadiran Quarto, LintraMax telah fokus mengembangkan sebuah sistem yang menjadi landasan dalam pengelolaan perkebunan dan pabrik di Indonesia, Malaysia dan Papua Nugini. Sistem landasan ini membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk implementasi dan pemeliharaan dibandingkan dengan penawaran Quarto sebagai solusi manajemen berbasis teknologi cloud. Founder and Managing Director of LintraMax, Khor Kheng Khoon mengatakan pihaknya sangat bersemangat dalam meluncurkan Quarto. Menjalankan sebuah bisnis perkebunan minyak kelapa sawit dapat menjadi sangat menantang bila tidak ada sistem yang tepat dan sesuai untuk mengelola bermacam tindakan operasional, fungsi dan juga proses. "Tanpa sistem pengelolaan perkebunan yang terintegrasi seperti Quarto, bisnis perkebunan kerap mengalami kesulitan untuk mengetahui kejadian aktual pada area perkebunan. Untuk mengatasi permasalahan ini dan berbagai hal lain, kami memperkenalkan Quarto, sistem baru yang inovatif, efisien, andal, dan aman untuk meningkatkan kualitas pengelolaan perkebunan dalam berbagai skala,” jelas Khor Kheng Khoon. Sementara itu, Perry Mandeville, President Director, Earthline mengakui sungguh bersemangat dalam menambahkan LintraMax sebagai salah satu layanan pihaknya untuk membantu pelanggan mengelola perkebunan mereka dengan lebih baik demi mencapai potensi pencapaian hasil yang maksimal. "Earthline akan terus menantikan kolaborasi yang bermanfaat dengan LintraMax dan seluruh komponennya,” jelas Perry Mandeville. Sedangkan Dr. Ir. Karl Ng, Director, and Innovation Capital of MDEC LintraMax mengatakan telah mendapat penghargaan Product Development and Commercialization Fund untuk sistem pengelolaan perkebunan berbasis teknologi cloud milik mereka, yang bertujuan menghadirkan format digital pada industri perkebunan baik lokal maupun global. Khor Kheng Khoon mengakui pihaknya begitu gembira menyadari bahwa MDEC sehaluan dengannya. Dukungan yang diberikan MDEC pada saat penting selama fase pengembangan dan kini pada momen peluncuran Quarto kepada kalangan umum menjadi nilai lebih bagi LintraMax. "Saat ini, fokus LintraMax adalah memperkenalkan dan memasarkan Quarto kepada perkebunan di Indonesia, sebagai salah satu pasar penting. Indonesia memiliki potensi pasar yang luas bagi Quarto dalam menghadirkan solusi efektif dan cerdas bagi bisnis perkebunan minyak kelapa sawit,” papar Khor Kheng Khoon lagi. Peluncuran Quarto membawa kabar gembira untuk pemilik bisnis perkebunan minyak kelapa sawit di Indonesia yang kekurangan sumber daya dalam menangani infrastruktur IT internal karena mereka kini dapat beralih ke pengelolaan perkebunan yang menggunakan sistem berbasis cloud melalui teknologi mobile computer seperti tablet atau laptop. Demonstrasi produk Quarto tersedia secara cuma-cuma, bagi siapapun yang tertarik mengetahui lebih lanjut dapat menghubungi LintraMax atau Earthline melalui +62-21-57948388 atau email di sales@lintramax.com.

Selengkapnya ...

Berantas Hoax, Google Rilis Fitur Fact Check

Tanggal: 10/04/2017

Liputan6.com, Jakarta - Google mulai menampilkan label Fact Check pada hasil pencarian untuk menandai berita dan informasi yang telah diperiksa. Dengan demikian, netizen bisa mengetahui apakah berita dan informasi yang mereka baca itu benar atau palsu (hoax). Peluncuran fitur baru ini merupakan salah satu upaya Google melawan penyebaran berita dan informasi palsu. Fitur Fact Check ini pertama kali hadir untuk Google News di Inggris dan Amerika Serikat (AS) pada Oktober 2016, dan kini sudah meluncur secara global. Fact Check akan muncul dalam sebuah kotak informasi dalam hasil pencarian. Hasil Fact Check tidak dibuat oleh Google, tapi oleh media terpercaya. Fitur ini menggunakan sebuah sistem terbuka untuk menandai berita dan informasi pada hasil pencarian yang telah diperiksa. Menurut penjelasan Research Sciencties Google Cong Yu dan Product Manager Jigsaw Justin Kosslyn, kehadiran Fact Check diharapkan dapat mempermudah netizen meninjau dan mengakses fakta di internet. Pasalnya, saat ini semakin banyak informasi mengalir di internet, tapi tidak semuanya fakta. "Kami membuat Fact Check lebih terbuka di hasil pencarian, yang kami yakini orang-orang akan lebih mudah meninjau dan mengakses Fact Check tersebut," tulis keduanya di blog Google. Jigsaw adalah salah satu mitra fact-check Google. Kotak Fact Check tidak akan akan muncul di semua hasil pencarian. Demikian seperti dilansir The Guardian, Minggu (9/4/2017). "Hanya penerbit yang algoritmanya ditentukan untuk menjadi sumber informasi, akan disertakan dalam program Google ini," jelas Google. Adapun Fact Check hadir di tengah banyaknya kritik terhadap perusahaan-perusahaan teknologi AS, atas sikap lamban mereka mengatasi penyebaran informasi hoax, khususnya mengenai topik Pemilihan Umum (Pemilu) AS. Pemerintah Inggris baru-baru ini mendesak perusahaan AS termasuk Google, Facebook, Twitter dan Microsoft, berbuat lebih banyak lagi untuk mengawasi platform mereka dan menghapus konten ilegal dan ekstrimis. 

Selengkapnya ...

Hoax Analyzer Karya Mahasiswa ITB Wakili Indonesia di Regiona

Tanggal: 08/04/2017

Jakarta - Pengembang muda asal Institut Teknologi Bandung yang tergabung dalam Tim CIMOL, lolos ke babak final tingkat regional Asia Tenggara pada ajang Microsoft Imagine Cup 2017 dengan aplikasi karya mereka, Hoax Analyzer. Mereka mengungguli 521 mahasiswa lainya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka akan terbang ke Manila, Filipina pada 23–26 April 2017 mendatang untuk bertemu dan berkompetisi dengan para pemenang dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. "Kami merasa senang dan bangga dengan keberhasilan tim kami. Merupakan sebuah kehormatan bagi kami untuk dapat mewakili Indonesia dalam babak final Asia Tenggara di Manila," ujar Adinda Budi Kusuma Putra dari tim CIMOL, dalam keterangannya kepada Tekno Liputan6.com. Aplikasi Hoax Analyzer ini, lanjut Adinda, diciptakan untuk mengurangi jumlah hoax yang saat ini banyak beredar di masyarakat. "Kami berharap temuan kami ini dapat bermanfaat bagi semua orang di Indonesia, bahkan di seluruh dunia," tutur Adinda. Para finalis yang terpilih akan memperebutkan tiket ke World Final Microsoft Imagine Cup 2017 di markas Microsoft di Seattle, Amerika Serikat pada Juli 2017. Hadiah utama kompetisi ini uang tunai sebesar Rp 1,3 Miliar dan layanan Microsoft Azure senilai Rp 1,6 Miliar. "Seluruh tim yang berpartisipasi sungguh menunjukkan kreativitas dan inovasi yang luar biasa. Sebanyak 50 persen dari proses penilaian berfokus kepada pemanfaatan teknologi dalam pengembangan aplikasi, khususnya teknologi komputasi awan, Azure," ungkap Anthonius Henricus, Developer Evangelism and Experience Director, Microsoft Indonesia Berbeda dari Imagine Cup tahun-tahun sebelumnya, menurut Anthonius, tahun ini pihaknya tidak menentukan kategori dalam Imagine Cup, sehingga membebaskan kreativitas para peserta dalam berinovasi. "Kami mengharapkan dukungan dari berbagai pihak bagi finalis asal Indonesia agar dapat melaju hingga ke babak dunia," pungkas Anthonius.

Selengkapnya ...

‹ First  < 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 >  Last ›