Berita

Jelang Masuk Sekolah, Toko Peralatan Sekolah Diserbu Pembeli

Tanggal: 11/07/2018

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Menjelang masuk sekolah pekan depan, sejumlahwarga mulai menyerbu toko peralatan sekolah di Kota Sukabumi, Jawa Barat,Selasa (10/7). Mereka membeli sejumlah peralatan sekolah seperti buku danpulpen serta alat tulis lainnya.

Selengkapnya ...

Ada Tiket Gratis di Aplikasi Asian Games 2018

Tanggal: 11/07/2018

CNN Indonesia -- Kementerian Komunikasi dan Informatika akan berikan tiketgratis nonton Asian Games 2018 bagi dua orang di tiap provinsi. Caranya, pengguna mesti mendaftarkan dirisebagai calon duta suporter Indonesia di aplikasi "Duta SuporterIndonesia". Aplikasi ini hanya bisa diunduh di Google Play Store. 

Selengkapnya ...

Jupiter Ternyata Bukan Planet Terbesar di Tata Surya

Tanggal: 10/07/2018

Liputan6.com, Jakarta - Sudah bukan rahasia kalau Jupiter  dikukuhkan menjadi planet terbesar di Tata Surya. Namun secara teknis, Jupiter ternyata bukan menjadi planet terbesar. Jika mengambil skala lebih luas lagi, ada planet yang lebih besar dari Jupiter. Lantas, planet apa? Menurut informasi yang dilansir BGR pada Selasa (3/7/2018), NASA menemukan exoplanet (planet asing) yang ukurannya lebih besar dari Jupiter. Bahkan, ukuran massanya lebih besar 13 kali lipat dari Jupiter! Exoplanet bernama "OGLE-2016-BLG-1190Lb" tersebut, ditemukan oleh astronom NASA pada pekan lalu. Meski demikian, mereka masih meragukan identitas dari exoplanet ini. Menurut keterangan astronom, exoplanet tersebut termasuk ke dalam kategori exoplanet yang gagal. Dalam arti sebagai objek antariksa yang menghasilkan panasnya sendiri. Pada kenyataannya, energi dari panas yang dipendarkan sangat lemah--sekitar 300 hingga 400 derajat Fahrenheit. Sebagai perbandingan, Matahari dan bintang-bintang lain justru bisa memancarkan panas yang lebih banyak, lebih kuat dan ukurannya pancaran panasnya lebih besar. Dengan demikian, tingginya energi panas tersebut bisa menciptakan proses fusi nuklir. "Kami masih meragukan apakah exoplanet ini punya kontribusi untuk Tata Surya meski ukurannya sangat besar--lebih besar dari Jupiter. Formasi ekosistem dan lingkungannya juga berbeda dari exoplanet pada umumnya," tulis NASA. Hingga kini, NASA masih akan mengamati OGLE-2016-BLG-1190Lb dengan teleskop antariksa Spitzer. Mereka berjanji akan mengumumkan hasil penelitian terbaru yang akan mengungkap identitas exoplanet tersebut.  Jupiter sendiri diklaim sebagai planet tertua di tata surya. Hal tersebut diumumkan oleh sekelompok peneliti dari Lawrence Livermore National Laboratory Amerika Serikat dan University Munster Jerman. Informasi ini berhasil diketahui setelah para astronom meneliti umur meteorit yang jatuh ke Bumi. Untuk menentukan umur meteor tersebut, para astronom mengukur jumlah molibdenum dan isotop tungsten yang terkandung di dalamnya. Hasil perhitungan menunjukkan meteor berasal dari dua sumber berbeda yang terpisah jarak sekitar 2 hingga 3 juta tahun. Pemisahan itu diperkirakan dimulai sekitar 1 juta tahun setelah tata surya mulai terbentuk. Menurut perhitungan, inti Jupiter yang berukuran 20 kali lipat lebih besar dari Bumi turut memungkinkan pemisahan tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan planet yang dikenal sebagai gas raksasa itu sudah berkembang dalam 1 juta tahun pertama tata surya. Tata surya sendiri diprediksi terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun lalu dari awan gas dan debu yang sangat besar. Sebagai awal, Matahari yang terbentuk lebih dulu, lalu planet-planet terbentuk dari bahan sisa yang berputar mengelilingi Matahari. "Jupiter adalah planet tertua di tata surya, dan inti padatnya terbentuk dengan baik sebelum gas matahari berhenti. Perubahan ini konsisten dengan model pertumbuhan inti pembentuk planet raksasa," ujar penulis utama riset ini, Thomas Kruijer. Namun setelah itu, tingkat pertumbuhan Jupiter terus melambat. Para peneliti memperkirakan ukuran Jupiter saat ini baru ada setidaknya 3 sampai 4 juta tahun setelah Matahari terbentuk.

Selengkapnya ...

Mars Akan Terlihat Jelas di Bumi Mulai Bulan Depan

Tanggal: 25/06/2018

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa mendekatnya Planet Mars dengan Bumi akan kembali terjadi tahun ini. Fenomena yang dikenal dengan perihelic opposition ini merupakan kondisi saat orbit Bumi dan Mars sejajar, sehingga jarak kedua planet lebih dekat. Dikutip dari Business Insider, Minggu (24/6/2018), fenomena ini membuat Mars akan dapat dilihat dengan mata telanjang selama bulan depan. Ketika itu, jarak Bumi dengan Planet Merah tersebut hanya 61,9 juta km. Karenanya, selama fenomena ini terjadi planet tersebut akan terlihat terang saat berada di titik terdekat. Adapun Mars akan terlihat paling terang pada 31 Juli 2018. Kondisi semacam ini biasa terjadi setiap dua tahun atau lebih. Terakhir, kondisi ini terjadi pada Mei 2016. Sekadar informasi, posisi paling dekat antara Bumi dan Mars terakhir terjadi pada 2003. Hal ini sama dengan posisi perihelic yang biasanya terjadi setiap 15 hingga 17 tahun sekali, ketika orbit Mars dan Bumi tegak lurus. "Terkadang Bumi dan Mars saling berlawanan dengan Matahari dan berjarak sangat jauh. Sementara beberapa kali, Bumi berhasil mengejarnya dan berada dalam posisi yang cukup dekat," tutur NASA dalam pernyataannya.

Selengkapnya ...

‹ First  < 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 >  Last ›