NASA Eropa Luncurkan Satelit Cari Kehidupan Alien

Tanggal: 26/12/2019

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Antariksa Eropa (United Space in Europe) hari ini (18/12) meluncurkan satelit CHEOPS atau Characterizing Exoplanet Satellite. Satelit ini dirancang untuk mencari kehidupan alien. Dilansir Space.com, satelit CHEOPS lepas landas di atas roket Soyuz dari Pusat Antariksa Guyana, Prancis pukul 3.54 pagi EST waktu setempat. CHEOPS dijadwalkan mengorbit Bumi selama 2,5 jam. Misi utama satelit CHEOPS adalah mengkaji bintang-bintang terang dan relatif dekat dengan planet. Misi ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama planet mengorbit bintang dan ukuran planet itu sendiri. Selain itu, dikutip laman resmi ESA, satelit CHEOPS diluncurkan untuk memahami karakteristik dunia alien yang konon hidup di tata surya kita. Nantinya saat berhasil menyentuh orbit Bumi, CHEOPS langsung mengukur seberapa banyak bintang inang meredup ketika sebuah planet melintas. Studi ini juga dilakukan oleh teleskop milik NASA yakni Kepler, yang saat ini digunakan tim TESS (Transiting Exoplanet Survey Satellite). Mencari "eksistensi" alien di ruang angkasa memang tengah gencar dilakukan badan antariksa dunia. Saat ini, NASA tengah mempersiapkan teleskop ruang angkasa untuk berburu planet alien yang diberi nama 'Starshade'. Pesawat itu dirancang menggunakan teleskop dan pesawat ruang angkasa yang akan terbang sekitar 25 ribu mil atau 400 ribu kilometer. Pesawat Starshade ini dilengkapi dengan tutupan besar yang datar dan digunakan untuk menghalangi cahaya bintang. Tutupan ini serupa dengan bunga yang sedang mekar dan menghalangi cahaya bintang. Sehingga teleksop itu bisa mendapat tampilan orbit planet yang lebih jelas. Metode pemblokiran cahaya bintang merupakan kunci untuk melakukan penglihatan eksoplanet guna melakukan studi mendalam terkait atmosfer planet. Studi semacam itu memiliki potensi untuk mengungkapkan tanda-tanda kehidupan di luar Bumi. Starshade bakal disematkan Wide Field Survey Telescope (WFIRST), sebuah teleskop dengan cermin primer berdiameter 2,4 meter. WFIRST akan membawa teknologi pemblokiran cahaya bintang yang disebut coronagraph. Teknologi Starshade dan coronagraph bekerja secara terpisah namun Bottom mengatakan WFIRST dapat mendeteksi keberadaan Starshade jika di luar jangkauan akibat cahaya bintang yang membentuk pola terang dan gelap di bagian depan teleskop.

Courtesy : https://www.cnnindonesia.com/