Menristekdikti: Produksi Kendaraan Listrik Perlu Ekosistem Pendukung Artikel ini telah tayang di Ko

Tanggal: 06/09/2019

KOMPAS.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan guna mendukung pengembangan kendaraan listrik di Indonesia perlu diciptakan ekosistem yang mendukung. Selain penelitian, sinergi antar kementerian dan lembaga serta dunia industri sangat penting bagi kemajuan pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Hal ini disampaikan Menteri Nasir saat menjadi pembicara utama dalam pameran "Indonesia Electric Motor Show 2019" di Balai Kartini, Jakarta (4/9/2019). "Tanpa adanya ekosistem yang baik, maka pengembangan mobil listrik di Indonesia akan sangat terhambat. Untuk mengembangkan mobil listrik, perlu adanya integritas yang sangat masif dari kementerian/lembaga negara ataupun BUMN terkait," tegas Menteri Nasir dilansir dari rilis resmi Kemenristekdikti. Ia menambahkan, "Seperti untuk tempat pengisian baterai di mana saja dan kapan saja dengan cepat, PLN harus berpartisipasi. Lalu terkait bea masuk spare part dan lain-lain, Kemenkeu harus masuk. Semua K/L harus bersinergi."

Target 2020

Dalam kesempatan sebelumnya, saat menutup rangkaian kegiatan "Jambore Kendaraan Listrik Nasional" ITS di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta (3/9/2019), Menristekdikti menargetkan tahun 2020 Indonesia sudah dapat memproduksi mobil listrik. "Mudah- mudahan ini (mobil listrik) dapat masuk pada industri dan mampu dikomersialisasikan. Kita harapkan mobil listrik nanti di tahun 2022 sudah ada mobil listrik yang diproduksi Indonesia," harap Menristekdikti. Saat itu Menteri Nasir juga mengapresiasi inovasi kendaraan listrik ITS yaitu motor listrik GESITS yang saat ini telah memasuki fase industri. “Ini adalah awal kita ingin memasuki dunia baru dalam dunia kendaraan. Peraturan Presiden nomor 55 tahun 2019 lalu diikuti Undang-undang nomor 11 tahun 2019 dapat diintegrasikan dalam berbagai kegiatan seperti penelitian, pengkajian, penerapan teknologi untuk invensi teknologi." ujar Menteri Nasir. Dalam memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) kendaraan listrik, Menristekdikti menyatakan untuk bahan baku komponen baterai segera diproduksi dari Morowali. “Untuk membuat sebuah mobil listrik yang asli buatan anak bangsa, untuk bahan baku komponen baterai sudah dikembangkan di daerah Morowali," Ujar Nasir.

3 Manfaat

Selain ramah lingkungan, Menristekdikti juga memaparkan tiga manfaat apabila masyarakat beralih dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik. Ia menjelaskan, "Ada tiga benefit mobil listrik apabila dikembangkan di Indonesia, pertama adalah kebutuhan energi kita masih impor sekitar 60.000 barel per harinya, cukup besar kan anggaran negara untuk membeli itu."  "Kedua kita harus memikirkan generasi selanjutnya agar lebih sehat. Ketiga membangun kapasitas nasional untuk membuat kendaraan secara mandiri khususnya kendaraan listrik," tutup Menteri Nasir. Pameran "Indonesia Electric Motor Show" diselenggarakan 4-5 September 2019 di Balai Kartini Jakarta dan bertujuan memperdalam pemahaman masyarakat terhadap kendaraan bermotor listrik, lalu mendorong penguasaan IPTEK green technology yaitu penggunaan kendaraan ramah lingkungan. Turut hadir pada acara ini Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal Purnawirawan Moeldoko, Kepala BPPT Hammam Riza, Perwakilan Kementerian Perhubungan, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, serta tamu undangan lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menristekdikti: Produksi Kendaraan Listrik Perlu Ekosistem Pendukung", https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/05/07150081/menristekdikti--produksi-kendaraan-listrik-perlu-ekosistem-pendukung?page=all.

Penulis : Yohanes Enggar Harususilo

Editor : Yohanes Enggar Harususilo