Sosiolog: Kebiasaan Menyebar Fitnah dan Berita Hoaks Jadi Bencana Sosial!

Tanggal: 17/07/2018

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah menyoroti fenomena media sosial yang kerap digunakan sebagai sarana untuk menebarkan kebencian, saling menghujat, fitnah hingga berita bohong atau hoaks. Jokowi juga mengingatkan kepada masyarakat agar bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menjelaskan, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi di sejumlah negara maju di dunia. "Tren peningkatan ujaran kebencian terhadap suku agama dan ras tidak hanya terjadi di Indonesia, Amerika Serikat (AS) sendiri sedang mengalami bencana sosial juga terkait hal itu, bahkan di jantung teknologi dunia, itu terjadi," kata Devie saat di hubungi Okezone, Selasa (17/7/2018). Devie mengungkapkan, kebiasaan masyarakat yang kerap menyebar berita bohong tersebut kini sudah menjadi bencana sosial di berbagai negara dan konflik. Tak jarang banyak korban yang ditimbulkan akibat fenomena tersebut. "Saya menyebut bencana sosial karena di beberapa negara sampai mengakibatkan peperangan fisik hingga jatuh korban jiwa," tuturnya. Devie mencontohkan kejadian di Negara Rwanda yang terjadi peristiwa genosida yang diakibatkan oleh sebuah informasi yang salah. "Sebut saja Sudan, meski ini bukan hal baru karena kehadiran internet. Karena di masa lalu, Rwanda menjadi contoh legendaris bagaimana berita bohong yang disebarkan lewat radio dapat menyebabkan peperangan," tukasnya. Peristiwa genosida di Rwanda pada 1994 tersebut dipicu oleh kecelakaan pesawat yang kemudian menewaskan presiden yang berasal dari suku Hutu. Jokowi sebelumnya mengatakan, Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras dan agama. Kebersamaan sebagai bangsa jangan sampai negara terpecah belah. Sebab belakangan ini kata Jokowi, berbagai informasi di media sosial isinya memicu terjadinya perpecahan. Belakangan ini, ucap Jokowi, media sosial banyak isinya saling menghujat, saling mengejek, saling, memaki banyak yang fitnah, adu domba dan memprovokasi. Masyarakat pengguna media sosial diharapkan tidak menghujat, menjatuhkan atau mengadu domba. Karena sikap tersebut bukanlah karakter bangsa Indonesia. Saling mengingatkan hal itu bukan nilai kesatuan bangsa Indonesia. "Menyampaikan kritik boleh saja, namun menyampaikannya dengan cara yang santun, bukan dengan menghujat. Bangsa kita punya budi pekerti sopan santun, akhlakul karimah yang baik," tegas Jokowi, Minggu 15 Juli 2018.