Mahasiswa Ini Sulap Nilai Rendah Bahasa Inggris Jadi Gelar Juara

Tanggal: 15/11/2016

JAKARTA – Pelajaran bahasa Inggris menjadi momok yang merusak nilai rapor Rahmat Ananto Wicaksono. Hal ini dia alami ketika berada di bangku sekolah dasar (SD). Saat itu, nilai bahasa Inggris-nya paling jelek di antara pelajaran lain. Sang wali kelas pun sampai menegur Wicak supaya meningkatkan nilai bahasa Inggris-nya.

Kegigihan Wicak dalam belajar bahasa Inggris masih harus diuji ketika masuk SMP. Pasalnya, cowok kelahiran Mojokerto ini justru diterima di rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Alhasil, Wicak minder karena punya teman yang mayoritas fasih berbahasa Inggris. "Saya jadi malu karena hanya diam saat kerja kelompok, soalnya tidak bisa berbicara dalam bahasa Inggris," kenangnya, sebagaimana dilansir dari laman resmi ITS, Selasa (15/11/2016). Wicak yang kini menjadi mahasiswa Jurusan Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu menceritakan, suatu ketika mendapat tawaran mengikuti Olimpiade Bahasa Inggris dari seorang teman yang jago bahasa Inggris. Sayangnya, alih-alih didukung, Wicak justru mendapat berbagai sindiran karena dinilai merusak penampilan tim pada babak presentasi. Siapa sangka, kejadian tersebut mampu membangkitkan semangat Wicak dalam belajar bahasa Inggris. Hari demi hari dia lalui dengan latihan keras dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. "Bahkan, pernah dibilang aneh karena sering bicara sendiri didepan cermin," ujarnya. Masuk SMA, Wicak yang merasa sudah punya cukup kemampuan kemudian memberanikan diri untuk mengikuti kompetisi debat bahasa Inggris tingkat nasional. Usaha keras pun berbuah manis lantaran dia berhasil menggondol juara keempat. "Saat itu begitu menggembirakan. Saya dan tim bahkan tidak pernah membayangkan mampu lolos sampai sejauh itu," sebutnya. Dari situ, Wicak rutin mengikuti kompetisi bahasa Inggris, seperti debat dalam rangkaian acara Chernival yang digelar oleh Jurusan Teknik Kimia ITS. Berhasil meraih juara III, dia mendapat ajakan eksklusif untuk bergabung pada ITS Foreign Language Society (IFLS). "Jadi saat mahasiswa baru yang lain sedang disibukan dengan urusan pengaderan, saya justru sedang digembleng untuk mengikuti sebuah kompetisi debat," ucapnya. Kini beragam prestasi telah dicapai Wicak berkat kepiawaiannya berbahasa Inggris. Tak hanya itu, akhir-akhir ini Wicak juga sering diundang untuk melatih siswa SMA yang akan mengikuti lomba debat. "Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Lagi pula bakat itu dilatih, bukan dilahirkan," tutupnya. (ira,okezone)