Berita

Kembangkan Teknologi AI Sendiri, Iran Dapat Percepat Tes Virus Corona Artikel ini telah tayang di

Tanggal: 06/04/2020

TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Iran baru saja meluncurkan perangkat lunak (software) teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk mempercepat pendeteksian virus corona (Covid-19). Hal ini didorong keterbatasan yang dimiliki negara itu dalam memperoleh obat-obatan, pasca Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi bagi Iran berupa pembatasan akses ke peralatan pengujian. Hal ini pun memaksa salah satu negara yang paling terpukul corona di kawasan Timur Tengah itu untuk berinovasi. Dikutip dari laman Russia Today, Senin (6/4/2020), pembuatan software AI itu diungkapkan oleh pejabat pemerintah Iran pada Sabtu waktu setempat. Software ini dikembangkan hanya dalam waktu satu bulan oleh konsorsium yang dibentuk oleh Universitas Iran. Mereka menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis pemindaian tomografi terkomputasi (CT) paru-paru yang berpotensi terinfeksi. Teknologi ini memungkinkan dokter untuk mengunggah gambar dan langsung menerima hasilnya. Sementara itu, Wakil Presiden Iran untuk Sains dan Teknologi Sorena Sattari terlihat mengenakan masker saat menggelar konferensi pers. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa terobosan ini akan meringankan beban kerja para analis, yang sebelumnya harus secara manual meneliti ratusan gambar per hari. Selain itu teknologi ini akan membawa 'perspektif baru' untuk diagnosis dan pengobatan virus ini. Pencitraan CT memungkinkan para dokter dalam menemukan kelainan pada paru-paru pasien dan menunjukkan ada atau tidaknya infeksi corona. Namun, metode ini sebenarnya telah dikesampingkan di seluruh dunia demi pengujian reaksi rantai polimerase (PCR) yang lebih mengedepankan pencarian bahan genetik virus dibandingkan gejalanya. Perlu diketahui, sanksi AS telah menghambat akses Iran ke peralatan medis, dan memaksa para ilmuwan negara itu untuk berinovasi. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa pemindaian CT lebih dapat diandalkan daripada metode PCR. Sebuah makalah penelitian China yang diterbitkan lebih dari sebulan yang lalu merekomendasikan CT untuk digunakan sebagai 'alat utama' dalam pengujian untuk virus ini. Iran merupakan salah satu negara yang paling parah dilanda pandemi di Timur Tengah. Lebih dari 55.000 kasus telah dikonfirmasi terjadi dan hampir 3.500 orang telah meninggal. Bahkan virus ini telah merenggut nyawa pemimpin agama Ayatollah Hashem Bathayi Golpayegani serta setidaknya 12 politisi Iran. Upaya untuk menahan penyebaran virus pun telah terhambat oleh sanksi ekonomi AS terhadap Iran. Pemerintah Iran berpendapat bahwa dengan memasukkan industri minyaknya ke daftar hitam, AS telah memutus aliran pendapatan vital yang dapat digunakan untuk memperoleh obat-obatan dan peralatan yang bisa menyelamatkan jiwa. Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Rabu waktu setempat, Presiden Hassan Rouhani mengatakan bahwa krisis corona merupakan momen yang tepat bagi AS untuk meminta maaf kepada Iran. "Ini peluang besar bagi orang Amerika untuk meminta maaf dan untuk membatalkan sanksi yang tidak adil terhadap Iran," kata Rouhani.

Selengkapnya ...

Bursa Kerja ke 9 STMIK Widya Pratama Pekalongan

Tanggal: 13/03/2020

Student Career Center (SCC) STMIK Widya Pratama pekalongan mengadakan Bursa Kerja yang ke 9 pada Hari Rabu 11 Maret 2020 yang bertempat di Aula Gedung C STMIK WIDYA PRATAMA Pekalongan. Acara ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Dinperinaker) Kota Pekalongan SLAMET HARYADI, SH, M.Hum. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari pada tanggal 11 sampai dengan 12 Maret 2020 dan gratis terbuka untuk umum. Sebanyak 27 Perusahaan berpartisipasi yang menawarkan  620 lowongan kerja  

Selengkapnya ...

Ada 196 Hoaks, Salah Satunya Jackie Chan Kena Corona

Tanggal: 13/03/2020

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) merilis setidaknya ada 17 konten negatif hoaks dan disinformasi terkait virus corona novel (SARS-Cov-2). Artinya, mesin pengais konten negatif milik Kemenkominfo telah berhasil menjaring 196 konten hoaks dan disinformasi sejak bulan Januari lalu. Di antara 196 konten itu, kabar yang menyebutkan pemeran utama film Harry Potter yaitu Daniel Radcliffe dan aktor lawas asal China, Jackie Chan positif terjangkit virus corona.

Selengkapnya ...

Bill Gates Buat Alat Deteksi Corona Tanpa Perlu Keluar Rumah

Tanggal: 13/03/2020

Jakarta, CNN Indonesia -- Yayasan Bill dan Melinda Gates bakal menggelontorkan dana sebanyak US$100 juta untuk melawan virus corona (Covid-19) yang telah mewabah Amerika Serikat, khususnya di Kota Seattle, Washington. Salah satu program yang akan dilakukan oleh yayasan itu adalah menyediakan tes kit virus corona bagi warga yang tinggal di wilayah Seattle, lokasi kantor pusat yayasan tersebut berada. Pemimpin respon virus corona di yayasan Bill dan Melinda Gates, Scott Dowell mengatakan tujuan dari proyek itu adalah untuk mempermudah warga Seattle memeriksa dirinya tanpa perlu pergi keluar rumah. Mereka yang khawatir terinfeksi hanya perlu mengirim sampel dengan cara menyeka hidung untuk diuji. Melansir Business Insider, hasil pengujian akan keluar dalam satu atau dua hari. Jika dinyatakan positif, warga yang mengirim sampel tersebut dapat mengisi formulir online yang berisi pertanyaan tentang aktifitas sebelum terinfeksi guna melacak penyebaran penyakit. Belum jelas kapan proyek pengujian virus corona di rumah akan diluncurkan. Namun, yayasan telah bergerak cepat untuk memutakhirkan perangkat lunaknya dan menyelesaikan kuesioner daringnya untuk mempersiapkan gelombang permintaan atas alat tersebut. "Meskipun ada banyak hal yang harus diselesaikan, ini memiliki potensi yang sangat besar untuk mengubah gelombang epidemi," kata Dowell. Selain untuk menciptakan tes kit, dana US$100 juta juga telah digunakan penelitian vaksin, langkah-langkah pencegahan, hingga upaya pengobatan di seluruh dunia. Melansir Tech Crunch, yayasan milik Bill Gates bukan satu-satunya yang mengembangkan alat tersebut. Pengusaha perawatan kesehatan Jonathan Rothenberg dikabarkan melakukan pendekatan yang sama dan tampaknya sekarang sedang dalam diskusi dengan produsen agar bisa  membawanya ke pasar. Seattle dan daerah sekitarnya telah menjadi pusat penyebaran virus corona di Amerika Serikat. Negara bagian itu telah mengkonfirmasi 71 kasus dan 15 kematian akibat penyakit tersebut. Berdasarkan pemodelan komputasi, seorang ahli kesehatan memperkirakan bahwa Seattle dapat memiliki 600 kasus. "Salah satu hal terpenting dari sudut pandang kami setelah menyaksikan dan mengerjakan ini di bagian lain dunia adalah identifikasi orang-orang yang positif terhadap virus. Sehingga mereka dapat dengan aman diisolasi dan dirawat dan identifikasi dari kontak mereka yang kemudian dapat dikarantina," kata Dowell.

Selengkapnya ...

‹ First  < 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 >  Last ›